Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
Dirilis dalam jurnal Science edisi terbaru, tiga orang ilmuwan dari Columbia University dan Harvard University mengungkap rahasia pengaruh Google terhadap kemampuan otak manusia untuk mengingat informasi.
Penetrasi internet yang sangat tinggi di negara-negara maju dan populernya mesin pencari seperti Google dan Yahoo! menyebabkan informasi menjadi milik siapa saja. Siapapun, tak peduli umur dan tingkat pendidikannya, bisa mendapatkan informasi tak terbatas yang tersedia di dunia maya dan dihidangkan kepada kita melalui mesin-mesin pencari.
Saya masih ingat 15-20 tahun lalu ketika perpustakaan masih menjadi tempat tongkrongan setia untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Di jaman itu saya harus pergi ke perpustakaan ketika membutuhkan beberapa informasi. Udara tropis yang panas membuat saya berkeringat deras. Setelah buku yang dicari didapat maka saya harus mengingat-ingat informasi yang dibutuhkan karena tidak setiap waktu saya bisa ke perpustakaan. Tetapi kini berbeda. Sudah lebih dari 10 tahun saya tidak pernah mengunjungi perpustakaan. Semua informasi yang dibutuhkan tinggal ditanyakan ke Paman Google hanya dengan beberapa klik tanpa perlu meninggalkan empuknya kursi di ruang kerja saya yang berpendingin udara. Google buka 24 jam, 7 hari seminggu tanpa pernah tutup. Selama internet di tempat saya tidak macet, informasi apapun bisa saya dapatkan dengan mudah. Just a click away.
Ada efek yang saya rasakan. Otak saya kini bekerja lebih ringan. Atau lebih tepatnya, saya bisa alihkan otak saya untuk mengerjakan hal lain ketimbang mengingat-ingat informasi.
Tiga orang peneliti dari Amerika (Betsy Sparrow, Jenny Liu, dan Daniel Wegner) melakukan eksperimen sederhana untuk melihat efek Google terhadap kemampuan mengingat otak manusia. Ada empat seri eksperimen yang dilakukan untuk menguji apakah otak manusia masih bisa menjalankan fungsinya untuk mengingat informasi jika otak kita tahu Google bisa menolongnya untuk mencari informasi yang dibutuhkan.
Dari serangkaian eksperimen tersebut mereka menjumpai indikasi bahwa otak manusia cenderung untuk melupakan informasi yang didapat jika mereka tahu internet akan dapat menolongnya untuk menemukan informasi itu di kemudian hari.
Para ilmuwan itu juga menemukan indikasi bahwa otak manusia akan mengingat lebih baik jika menyadari bahwa suatu informasi akan dihapus dan tidak disimpan di suatu tempat. Sebaliknya, otak akan mudah melupakan suatu informasi jika tahu bahwa informasi tadi tidak dihapus dan disimpan di suatu tempat.
Dan akhirnya, juga ditemukan indikasi bahwa otak manusia kini lebih suka mengingat bagaimana mencari informasi yang dibutuhkan ketimbang mengingat informasi itu sendiri. Misalnya jika Anda ditanya “apakah negara yang memiliki hanya satu warna pada benderanya?”, saya yakin Anda akan segera mengetik di Google “country one color flag”. Jawabannya: Libya. Jika pertanyaan yang sama ditanyakan 5 tahun lagi, Anda mungkin sudah lupa jawabannya tetapi tidak lupa kata kunci yang digunakan untuk mencari informasi tersebut melalui Google.
* * * * *
Google telah mengubah cara otak manusia berpikir. Informasi kini telah
menjadi milik bersama secara kolektif dan bisa diakses kapanpun. Tidak
ada lagi gambaran orang berpengetahuan seperti cerita-cerita klasik:
orang tua duduk di kursi dalam ruangan perpustakaan berdinding kayu dan
dikelilingi ribuan buku.Kini siapapun bisa menjadi orang berpengetahuan. Tidak perlu ribuan buku. Cukup seperangkat komputer (yang ukurannya semakin mengecil) yang terhubung dengan internet.
Konsekuensinya tentu saja manusia akan semakin pintar dari segi tereksposnya ia dengan pengetahuan (knowledge). Tetapi dari segi mengingat (memorizing), Google telah mengubah cara otak bekerja. Manusia zaman kini semakin sedikit mengingat. Selain karena arus informasi yang semakin deras sehingga semakin susah untuk mengingat kesemua informasi itu, juga karena ketersediaan informasi secara instan melalui mesin pencari seperti Google.
Salah satu fungsi penting otak manusia adalah untuk mengingat. Jika manusia di masa kini dan masa depan semakin jarang mengingat informasi dan menyerahkan sepenuhnya pada Paman Google, apakah itu berarti di masa depan anak-cucu kita akan memiliki otak yang lebih kecil?
Jangan kaget, proses evolusi membuat otak manusia semakin kecil. Nenek moyang kita memiliki otak yang lebih besar disebabkan tantangan hidup mereka yang jauh lebih besar dibanding generasi sekarang. Tantangan hidup lebih besar membuat mereka harus lebih banyak memutar otak untuk bertahan hidup. Manusia Cro-Magnon yang hidup di Eropa 20-30 ribu tahun lalu ditengarai memiliki otak yang 10% lebih besar dibanding otak kita sekarang.
Jika hidup semakin mudah, maka otak semakin sering tidak digunakan, dan akibatnya otak akan mengecil. Mudah-mudahan anak-cucu kita di masa depan jangan sampai otaknya kecil seperti Homer Simpson, amit-amit…***
Sumber : http://teknologi.kompasiana.com/internet/2011/08/08/google-merusak-otak-manusia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar